RAKYATNUSANTARA.ID, CIMAHI – Wali Kota Cimahi, Ngatiyana menghadiri Apel Kesiapsiagaan Bencana Nasional dan Simulasi di Cimahi Techno Park (CTP) di Kota Cimahi, Jawa Barat pada Kamis (22/5/2025).
Dalam simulasi bencana itu disimpulkan gempa bumi berkekuatan Magnitudo 5,2 menguncang kawasan perkantoran Cimahi CTP. Dimana para pegawai pun berhamburan ke luar gedung saat mendengar suara sirine dan getaran gempa.
Mereka menuju titik kumpul mengikuti jalur evakuasi secara tertib. Namun ternyata ada sejumlah pegawai yang terjebak di lantai dua karena mengalami luka. BPBD Kota Cimahi yang menerima informasi bencana itu langsung mendatangi lokasi.
Disusul petugas gabungan lainnya dari TNI, Polri, PMI, relawan dan unsur lainnya beserta peralatan logistik kebencanaan dan ambulans. Petugas gabungan langsung mengevakuasi pegawai yang terluka di lantai dua dengan cara membopong hingga dan menggotongnya menggunakan tandu.
Wali Kota Cimahi Ngatiyana mengatakan, simulasi ini merupakan bentuk kesiapsiagaan para petugas kebencanaan di Kota Cimahi dan edukasi kepada masyarakat.
“Bagaimana apabila terjadi gempa masyarakat tidak bingung, bagaimana cara evakuasi, bagaimana pertolongan pertama kepada korban dan bagaimana cara penanganannya apakah harus dirujuk ke rumah sakit atau bisa ditangani dan sebagainya,” kata dia.
Dia mengatakan, edukasi melalui simulasi penanganan gempa ini sangat penting dilakukan. Apalagi Kota Cimahi masuk zona merah potensi gempa bumi Sesar Lembang yang membentang sepanjang 29 kilometer dari titik sesar yang paling terlihat di Gunung Batu Lembang. Garis sesar kemudian memanjang ke wilayah Ngamprah, melewati Cisarua, Parongpong, hingga Padalarang.
“Apalagi Kota Cimahi dekat dengan potensi Sesar Lembang, mudah-mudahan tidak terjadi tetapi kita sedia payung sebelum hujan, apabila apa terjadi kita sudah memberikan ilmu atau edukasi kepada masyarakat agar bisa mengatasi pertolongan pertama apabila terjadi bencana,” ujar dia.
Dirinya mengklaim, titik-titik di Kota Cimahi sudah dilengkapi dengan rambu-rambu kebencanaan dibantu dengan kesigapan relawan di setiap daerah. Sehingga jika terjadi hal-hal tidak diinginkan sudah siap melakukan antisipasi dini.
“Relawan ini sudah siap apabila terjadi sesuatu di suatu tempat. Makanya salah satu bagiannya sudah ada yang menentukan titik kumpul untuk penyelamatan pertama, termasuk jalur evakuasi sudah ada di pasang di tempat-tempat tersebut,” tandas Ngatiyana.(Benari Sitompul)