RAKYATNUSANTARA.ID, SUBANG – Kualitas bangunan sekolah di Kabupaten Subang harus menjadi perhatian serius dinas terkait. Setelah SDN Dahlia di Kecamatan Pagaden mendapatkan kritik pedas dari masyarakat karena atapnya hanya ditopang sebilah bamboo, kali ini giliran SDN Kihiyang di Kecamatan Binong yang mendapatkan perhatian serupa karena berbahaya jika dibiarkan tanpa perbaikan serius.
Pantauan Rakyat Nusantara di lokasi SDN Kihiyang,beberapa ruangan, mulai dari ruangan guru dan ruangan kelas mengalami retak secara vertical dari atas ke bawah. Bukan itu saja, lebar retakan ada yang mencapai 1 centimeter. Retakan ini bakal lebih parah seiring jika adanya gemp, badai atau menurunnya kualitas bangunan dalam waktu lama.
Haji Karnan, salah seorang tokoh masyarakat Binong mengatakan, dirinya prihatin dengan kualitas sekolah di SDN Kihiyang karena dapat menjadi malapetaka bagi guru dan murid. “Ini harus menjadi perhatian serius Dinas Pendidikan Kabupaten Subang,’’ kata Karnan kepada Rakyat Nusantara, Minggu (22/12/2024).
Pada kesempatan terpisah, Kepala SDN Kihiyang Imas Masitoh, S.Pd., membenarkan adanya ruangan kelas dan ruangan guru yang mengalami kerusakan kecil hingga menengah. Dia mengaku prihatin, pada saat hujan besar atau sedang ada ngin besar adanya bangunan yang roboh. “Kami berharap Dinas Perhatian memberikan perhatian lebih untuk bangunan pada anggaran tahun 2025 mendatang. Pada saat hujan dan angina besar, guru dan murid cemas. Takut ada apa-apa,’’ kata Imas.
Imas mengatakan, selain kualitas bangunan yang terus menurun seiring berjalannya waktu, masih ada delapan siswa yang belum mendapatkan anggaran BOS dari total jumlah siswa 221 orang. “Ke depannya anggaran BOS juga mesti ditingkatkan,’’ katanya.
Sebelumnya, kualitas bangunan sekolah juga mendapatkan perhatian serius Penjabat Bupati Subang Dr Imran. Dia prihatin dengan kerusakan SDN Dahlia di Kecamatan Pagaden yang mengalami kerusakan berat namun tak kunjung ada perbaikan. Atap salah satu kelas nyaris ambruk dan hanya disangga oleh sebilah bambu.
Selain atap yang nyaris roboh, dinding juga banyak yang retak, belum lagi cat yang juga sangat kusam. Tentu saja, bangunan yang berdiri sejak 1985 itu membahayakan bagi siswa dan guru. Jika ada angin atau hujan deras, bisa jadi malapetaka bagi warga sekolah tersebut.
“Saya berharap pada tahun 2025, SD ini bisa menjadi prioritas. Sekolah ini tidak bisa lagi direhabilitasi; harus dibangun ulang. Kita perlu fokus pada ini, terutama untuk mempersiapkan generasi emas tahun 2045,” tegasnya. (irzan)
Komentar